Kantongdarah mungkin dulunya dikenal sebagai peralatan medis yang ada di rumah sakit atau Palang Merah Indonesia (PMI) untuk keperluan transfusi darah. Namun seiring berkembangnya zaman dan inovasi di bidang kuliner, kantong darah atau blood bag pun kini kerap dimanfaatkan untuk mengemas minuman. Harga kantong darah kosong sendiri cukup variatif, tergantung jenis, merek, bahan, dan ukuran
Rabu, 23 Juni 2010 1515 WIB Iklan TEMPO Interaktif, Jakarta - Harga kantong darah direncanakan naik tahun depan. "Rencananya akan ada kenaikan harga lagi, karena dari enam tahun sebelumnya tidak pernah naik," kata Kepala Bidang Pengadaan Darah PMI Pusat Udja Bachussani, hari ini, di kantor PMI Jakarta Barat. Saat ini, harga satu kantong darah di wilayah DKI Jakarta sebesar Rp 130 ribu untuk rumah sakit pemerintah, dan Rp 250 ribu untuk rumah sakit swasta. Menurut Udja, kenaikan harga tersebut akan digunakan untuk meningkatkan kualitas peralatan transfusi darah. "Saat ini kami mengutamakan kualitas darah, bukan hanya mengejar kuantitas," kata Udja. Dengan peralatan yang memadai, diharapkan kualitas darah yang diperoleh bisa terseleksi dengan beberapa cara yang dilakukan oleh PMI untuk menyaring kualitas darah yang diperoleh. Pertama, dengan menggunakan sistem komputerisasi untuk melihat apakah pendonor mempunyai penyakit atau tidak. Kedua, dengan memakai pemeriksaan standar. Ketiga, memakai peralatan otomatisasi. Iklan "Harapannya kualitas yang diperoleh bisa lebih baik," DEWI Artikel Terkait Golongan Orang yang Tak Boleh Donor Darah 12 jam lalu Riza Patria Ajak Donor Darah, DKI Butuh Kantong Darah per Hari 11 September 2021 Bantu Stok Darah PMI, Ratusan Pegawai Pemerintah Kota Jakarta Pusat Donor Darah 24 Februari 2021 Stok Menipis, Pemkot Tangerang dan PMI Gelar Safari Donor Darah 26 November 2020 Stok Darah Menurun, Wali Kota Jaksel Ajak Warga Donor Darah Bantu PMI 18 November 2020 Donor Darah di Kantor Wali Kota Jakarta Barat Diikuti Seribu ASN dan Ormas 12 Oktober 2020 Rekomendasi Artikel Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini. Video Pilihan Golongan Orang yang Tak Boleh Donor Darah 12 jam lalu Golongan Orang yang Tak Boleh Donor Darah Dokter menyebutkan golongan orang atau penderita penyakit tertentu yang dilarang donor darah. Siapa saja? Riza Patria Ajak Donor Darah, DKI Butuh Kantong Darah per Hari 11 September 2021 Riza Patria Ajak Donor Darah, DKI Butuh Kantong Darah per Hari Menurut Riza, selain menjaga kesehatan, donor darah secara langsung membantu sesama yang memerlukan pasokan darah dalam proses pemulihan kesehatan. Bantu Stok Darah PMI, Ratusan Pegawai Pemerintah Kota Jakarta Pusat Donor Darah 24 Februari 2021 Bantu Stok Darah PMI, Ratusan Pegawai Pemerintah Kota Jakarta Pusat Donor Darah Setiap hari PMI harus menyiapkan stok darah di DKI Jakarta dan sekitarnya setidaknya sampai kantong. Stok Menipis, Pemkot Tangerang dan PMI Gelar Safari Donor Darah 26 November 2020 Stok Menipis, Pemkot Tangerang dan PMI Gelar Safari Donor Darah Pemerintah Kota Tangerang bersama PMI menggelar safari donor darah untuk membantu pemenuhan stok darah yang mulai menipis di tengah pandemi Covid-19. Stok Darah Menurun, Wali Kota Jaksel Ajak Warga Donor Darah Bantu PMI 18 November 2020 Stok Darah Menurun, Wali Kota Jaksel Ajak Warga Donor Darah Bantu PMI Wali Kota Jakarta Selatan mengajak warga untuk donor darah membantu stok PMI. Donor Darah di Kantor Wali Kota Jakarta Barat Diikuti Seribu ASN dan Ormas 12 Oktober 2020 Donor Darah di Kantor Wali Kota Jakarta Barat Diikuti Seribu ASN dan Ormas Sebanyak seribu orang mengikuti kegiatan donor darah di Kantor Wali Kota Jakarta Barat selama dua hari, 12-13 Oktober 2020. Stok Darah PMI Minim, Anies Baswedan Berencana Wajibkan Pegawai Donor Darah 6 Oktober 2020 Stok Darah PMI Minim, Anies Baswedan Berencana Wajibkan Pegawai Donor Darah Gubernur Provinsi DKI Jakarta Anies Baswedan berencana mewajibkan 180 ribu pegawai Pemprov DKI untuk donor darah untuk menyangga kebutuhan PMI. Pantau Donor Darah PMI di Polda Metro, Jusuf Kalla Stok Sudah 80 persen 19 September 2020 Pantau Donor Darah PMI di Polda Metro, Jusuf Kalla Stok Sudah 80 persen Saat ini persediaan darah PMI menipis dan hanya punya 50 persen dari kebutuhan. Covid-19 membuat banyak kantor tutup dan orang tidak keluar rumah. PMI Krisis Stok Darah, Wagub DKI Ajak Masjid Giatkan Aksi Sosial 28 Agustus 2020 PMI Krisis Stok Darah, Wagub DKI Ajak Masjid Giatkan Aksi Sosial Kegiatan donor darah untuk membantu stok darah PMI itu dilakukan Masjid Al Istikmal, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. PMI Kekurangan Persediaan, DKI Kerahkan Menwa dan Pengurus Masjid Donor Darah 28 Agustus 2020 PMI Kekurangan Persediaan, DKI Kerahkan Menwa dan Pengurus Masjid Donor Darah Riza berharap pengurus dan jamaah masjid lain bisa ikut membantu dalam kegiatan donor darah. KONTANCO.ID - Cek harga emas siang ini, Rabu (3/8/2022), produksi Antam dan UBS di Pegadaian di sini.Berdasarkan informasi dari laman Pegadaian, harga emas 24 karat Antam ukuran 1 gram dijual Rp 1.013.000. Sementara itu, emas UBS untuk ukuran 1 gram di Pegadaian dijual seharga Rp 955.000. Pernahkah Anda donor darah? Anda tidak menjual darah Anda bukan? Tidak juga Anda dibayar mahal untuk donor darah. Tapi kenapa harga sekantong darah bisa begitu mahal? Tentu saja semua itu melibatkan biaya produksi sekantong darah yang siap ditransfusikan pada mereka yang memerlukan; termasuk di dalamnya biaya kantong darah itu sendiri, biaya pengecekan kualitas darah, dan pelbagai tes serta pengeluaran lainnya. Dan harga produksi yang tinggi, membuat PMI melepas satu kantong darah siap transfunsi, terutama yang spesifik komponen darah tertentu menjadi cukup tinggi. Bahkan tingginya harga sekantong darah tidak hanya membuat masyarakat khawatir, rumah sakit dan pelayanan kesehatan pun khawatir, terutama di era BPJS Kesehatan sekarang; karena mau tidak mau rumah sakit di daerah akan “menalangi” biaya ini bagi peserta BPJS, atau mungkin saja mereka tidak memberikan transfusi darah karena takut merugi. Kita memang tengah berada dalam sistem yang tidak menentu. Ketika setetes darah begitu bermakna, maka mendapatkan sekantong darah adalah buah simalakama bagi banyak orang yang membutuhkan, terutama bagi mereka yang tidak mampu; dan bahkan ketika Anda seorang yang mampu pun belum tentu bisa tanpa kendala, karena stok darah di bank darah selalu fluktuatif dan lebih sering kosong, sehingga tidak jarang pasien-pasien yang memerlukan darah diminta membawa donor pengganti. }”> Stok Kantong Darah Masih KurangJAKARTA, – Indonesia butuh sekitar 4,5 juta kantong darah tiap tahunnya. Namun kenyataannya, sampai saat ini baru ada sekitar 2,1 juta kantong darah yang terkumpul. Dari 2,1 juta kantong darah tersebut, sebagian besar 87 persen berasal dari donor darah sukarela dan 13 persen dari donor darah pengganti. via Kompas Saat saya menghadari rapat di PMI cabang Bantul beberapa hari yang lalu, saya menyadari satu hal. Tidak sulit sebenarnya menurunkan harga produksi sekantong darah, hanya saja ada kesulitan kunci yang tidak bisa dipecahkan oleh pemerintah maupun PMI sendiri sebagai organisasi kemanusiaan. Sebagaimana perhitungan dalam produksi sebuah pabrik, jika semakin besar suatu produksi bersifat masal, maka biaya produksi per item akan bisa ditekan. Tapi jika produksinya sedikit, maka biaya produksi per item akan menjadi relatif lebih tinggi. Maka harga sekantong darah masih bisa diturunkan dengan memperbanyak produksinya, apalagi saat ini produksi di negara kita masih jauh dari memenuhi kebutuhan. Tapi jika solusinya sederhana dengan menambah produksi, kenapa PMI di daerah tidak bisa memenuhinya? Jawaban itu sederhana, karena produksi sangat tergantung pada jumlah pendonor yang aktif, dan seseorang tidak dapat menjadi pendonor darah secara paksaan. PMI cabang Bantul misalnya menyampaikan bahwa produksi mereka tidak sampai sekitar unit kantong darah setiap bulannya. Padahal untuk mencapai unit kantong darah, biasanya jumlah pendonor memang di atas seribu orang. Bisakah sebuah Kabupaten seperti Bantul menghasilkan sekitar orang pendonor setiap bulannya, sehingga bisa meningkatkan produksinya? Yang bermakna dalam siklus 3 bulanan donor, setidaknya Bantul kembali sebagai contoh memerlukan orang pendonor tetap? Secara teori, BPS 2012, menyebutkan setidaknya Bantul memiliki hampir ribu jiwa penduduk usia 20-40 tahun, yang biasanya cukup banyak mampu mendonorkan darah mereka. Berarti dari 50 orang yang ada, Bantul memerlukan 1 orang sebagai donor setiap 3 bulannya untuk menjadikan produksi satu unit kantong darah menjadi lebih ringan biayanya. Bukankah ini jika “ditargetkan” semestinya bisa terwujud? Tapi itu kembali, hitungan hitam di atas putih, cuma corat-coretan. Donor darah tidak bisa ditargetkan, tidak bisa dipaksakan, karena ini adalah sebuah jalan kemanusiaan. Bagaimana kenyataannya saat ini, saya persilakan Anda menanyakan langsung ke PMI terdekat di lokasi Anda. Jadi bagaimana kita membantu agar biaya yang dikeluarkan pasien untuk satu unit kantong darah bisa lebih murah? Maka jawaban itu kembali pada Anda sendiri, karena Andalah penentunya; bukan dengan cara menggerutu, bukan dengan cara berdemo, tapi dengan wujud nyata kemanusiaan Anda – donorkan darah Anda ketika Anda bisa untuk itu, ajaklah komunitas, sahabat, dan keluarga Anda untuk donor darah ketika mereka bisa. SekantongDarah Kemasan 350 CC Dihargai Rp 250 Ribu "Harga satu colf (kantong) darah ukuran 350 CC seharga Rp 250 ribu," terangnya. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. [caption caption="Sampel Darah yang berada di UTDC PMI"][/caption]Kita pasti bertanya-tanya mengapa sekantong darah harganya sangat mahal? Tentunya bagi kita yang memang mempunyai penghasilan yang rendah mungkin tidak ada artinya bagi orang-orang yang berduit. Dan yang pasti, kita semua tidak ingin dan mengharapkan sakit yang parah sehingga butuh transfusi darah untuk proses tadi pagi saya main-main ke PMI dan menanyakan langsung kepada petugas yang berada di Unit Transfusi Darah tersebut mengenai mahalnya harga sekantong darah yang bisa mencapai 350-400 ribu per-kantongnya, padahal orang yang mendonorkan darahnya ke unit transfusi darah secara sukarela tidak di bayar. Apalagi jika kita mendengar dari pihak keluarga sendiri yang mendonorkan darahnya kepada anggota keluarganya yang sakit, harusnya harga sekantong darah bisa jadi gratis. Tentunya ini menimbulkan pertanyaan besar dalam benak saya, mengapa darah bisa di perjual belikan? Kasihan orang-orang yang kehidupannya pas-pasan, apalagi tidak memiliki JKN, baik BPJS maupun Askes, Pengguna BPJS maupun Askes pun bisa dibuat gigit jari jika stok darah dalam kota tempat tinggal kita kosong atau habis dan harus membelinya di kota sebelah. Itu tidak tercover oleh BPJS dan Askes, karena memang perbandingan orang yang sakit dan memerlukan darah tidak sebanding dengan orang yang mendonorkan darahnya ke unit transfusi darah. Ketika pertanyaan itu saya sampaikan kepada petugas UTD tersebut, petugas langsung menjawab pertanyaan dari saya dengan detail dan jelas, ternyata selama ini saya salah menyikapi kejadian ini, kenapa harga sekantong darah bisa mahal? Ternyata darah yang didonorkan oleh pendonor darah sukarela itu gratis, akan tetapi yang membuat darah tersebut mahal karena harga kantong tempat pembungkus darah tersebut berstandar WHO dan tidak di produksi di Indonesia. Dan juga karena biaya impor yang mahal. Andai kantong pembungkus darah tersebut terbuat dari kantong kresek pasti harga darah tersebut gratis... mengapa harga sekantong darah sangat mahal karena harus melewati uji screaning atau penelitian tentang kualitas dan kelayakan darah dari pendonor, karena tidak semua darah dari para pendonor yang sukarela tersebut mempunyai kualitas yang baik. Bisa-bisa darah dari pendonor tersebut terjangkit virus dan menular, seperti HIV / AIDS atau penyakit-penyakit menular lainnya lalu dapat membahayakan bagi pasien yang akan mendapatkan transfusi kita mau keluarga kita di berikan darah yang tidak layak dan bisa-bisa akan semakin parah penyakit orang yang mendapatkan darah yang tidak layak untuk ditransfusikan. Dari proses screaning inilah dapat di ketahui mana darah yang layak dan mana darah yang tidak layak. Jika darah ini tidak layak, maka darah dari pendonor darah ini akan langsung di buang supaya penyakit yang terdapat pada darah tersebut tidak menular kepada orang yang menerima yang pasti ada jasa yang diberikan kepada petugas yang bekerja di lingkungan UTD PMI tersebut, baik orang yang bertugas mengambil darah atau pun petugas-petugas yang lain yang bekerja 24 jam nonstop tanpa ada istirahat sekalipun. Ini wajar karena orang yang bekerja pasti akan mendapatkan hak dari apa yang di kerjakannya. Dari sinilah pertanyaan yang dari dulu saya pendam akhirnya terbayar tuntas hari ini. Ternyata dugaan praktek jual-beli darah yang selama ini saya bayangkan ternyata salah, ternyata pekerjaan orang - orang yang berada di UTD PMI sangat mulia karena memang selalu menjaga stok darah supaya tidak sampai kehabisan stok darah sampai - sampai mengambil darah ke pelosok desa - itu kita yang masih di karuniai kesehatan oleh Allah SWT selalu menjaga pola hidup sehat kita supaya kita terhindar dari segala macam penyakit dan yang pasti kita selalu berharap dan berdoa semoga selalu di lindungi oleh Allah SWT, selalu di berikan keselamatan dan kesehatan, dan yang pasti orang - orang yang saat ini sakit dan berada di rumah maupun di rumah sakit semoga cepat di berikan kesembuhan oleh Allah SWT dan kembali menjalani rutinitasnya sehari-hari. Amiiin. Lihat Healthy Selengkapnya